Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Friday, July 11, 2008

Agamanya Gak Jelas…

Agamanya gak jelas sebuah ungkapan yang mungkin orang yang dituju sakit hati, dan itu keluar dari mulut seorang wanita R inisialnya dari LSM syariah yang bergerak dibidang pemberdayaan, kalimat itu benar-benar terlontar manakala disodorkan teman satu kantor dengan saya sebut saja M yang juga muslim, untuk dijodohkan dengannya, saya sebenarnya tidak terkejut sebuah ungkapan Agamanya gak jelas , ingin rasanya membela teman kantorku tapi karena memang prilaku M ini sering sulit dikendalikan, karena apa yang dia pikirkan itulah menjadi idealisme untuk dilakoni walaupun menggeser ‘norma norma’ kepatutan sebagaimana yang lain, namun jangan salahloh walau demikian ia juga masih sholat 5 waktu sehari insyallah. Terlepas kemunafikan dari masing-masing kita, setelah mendengar ucapan itu, saya coba memperluas pemahaman kalimat tadi, apakah benar itu menjadi opini rekan-rekan LSM tersebut secara keseluruhan, tapi paling tidak jika yang mengamati itu banyak orang mungkin menjadi opni seragam tapi yang membedakan mereka adalah memaklumi atau tidak.

Ketika sebuah kalimat negative itu keluar dari kelompok orang sesungguhnya ia adalah sebuah hukuman social, disadari atau tidak. Saya termasuk orang yang responsible atas isu yang saya anggap tidak relevan, namun untuk mengahadapi hal itu saya seringkali menggunakan metode yaitu : mengedepankan latar belakang dan maksud, contoh : kawan saya yang sama diatas melontarkan ungkapan kalo mati dikubur saja kaya binatang tanpa tahlilan, jujur saya juga pernah mengikuti ritual tradisionil semacam itu walau tidak serajin kawan saya sekantor, tapi kalimat itu sering saya terima, terlintas dalam benak untuk menjawab, jika orang islam mengharamkan tahlil sesunggunya islam nya dipertanyakan karena artinya kalimat LAILAHAILLAH, dan kita hanya bisa mengharamkan ucapan itu disaat buang hajat atau kamar mandi dan lain sebagainya, tapi urung niat itu direalisasikan, karena saya berfikr kembali bahwa ada semacam sekat yang itu hanya subur disaat seseorang lalai berfikir luas arti sebuah perbedaan plus dalil-dalil lain, apalagi soal perbedaan ini sering diperbesar-besarkan dalam kantor saya, yang sesungguhnya dikalangan kami hal itu sudah ketinggalan zaman karena kelompok kami sibuk dan menggapai sebuah cita-cita besar yaitu : islam harus menjadi solusi atau rahmatan lil alamin, kami pikir itu lebih mendesak dan dibutuhkan saat ini tanpa meninggalkan variable sunnah nabi , beda itu biasa asal tidak membeda-bedakan, tapi saya bersyukur al-hamduulillah dengan kalimat yang terlontar barusan tadi adalah jawaban atas kapasitas keilmuanya, dan karakter dalam menghadapi sebuah perbedaan, dan itu berlaku setiap menghadapi perbedaan.

Sekali lagi ternyata kita hanya berkutat pada sisi yang sebetulnya itu hanyalah sebuah furu’ dan tidak ada kaitannya dengan aqidah, tapi kalo kita mau berdialog dengan kelompok yang mengaku salaf dimana corak mereka adalah berjenggot panjang dan celana isbal (diatas mata kaki) mereka pernah berujar aqidah harus dituntun dan disertai dengan sunnah yang benar, kalo buat sendiri sesudah sempurna agama ini maka amalnya akan ditolak, sepintas kalimat itu membuat dada saya membuncah, saya seperti posisi ditengah memang terkesan ambigu, tapi justru ditengahlah adalah sebuah keniscayaan yang harus saya jalani dan usahakan di dunia sepeninggal Rasulullah SAW, antara tuntunan dan tuntutan.
namun kita seringkali melupakan akhlaq yang sebenarnya ceriminan agama seseorang aw kama qola rosulullah SAW……..ah ironi …… (ifan) Selengkapnya...